MEMBANGUN CORPORATE CULTURE
DALAM DUNIA PENDIDIKAN ISLAM
Oleh Fathor Rachman
Corporate culture
(budaya kerja korporasi) adalah keseluruhan kepercayaan (beliefs) dan
nilai-nilai (values) yang tumbuh dan berkembang dalam suatu organisasi,
dan menjadi dasar berpikir, berperilaku dan bertindak seluruh komunitas yang
terlibat dalam suatu organisasi, sehingga menjadikan organisasi tersebut
berkualitas, maju, sukses dan terpercaya (trusted).
Budaya kerja ini dapat
didayagunakan sebagai daya dorong (motivasi) yang efektif dalam mencapai tujuan
organisasi untuk membuat customer menjadi puas dan memiliki kepercayaan
yang tinggi terhadap eksistensi organisasi tersebut. Terlepas apakah itu
organisasi komersial-bisnis (perusahaan) ataupun organisasi sosial seperti
lembaga pendidikan tinggi keagamaan Islam (PTKI) dan sebagainya, tetapi yang
pasti corporate culture inilah yang menjadikan suatu organisasi lebih
memiliki daya saing, lebih maju, lebih sukses, dan memiliki ciri khas atau
karakter yang membedakan suatu organisasi dengan organisasi lainnya.
Namun demikian, ada
beberapa faktor kunci (key factors) yang menyebabkan suatu organisasi,
khususnya lembaga pendidikan Islam, dapat memiliki corporate culture yang
kuat, yaitu; vision (visi), personality (kepribadian), character
(ciri khas).
Visi adalah harapan
atau keadaan di masa depan yang ingin dicapai. Visi merupakan sistem nilai dan
spirit fundamental yang akan menjadikan suatu organisasi bergerak dinamis mencapai
tujuan. Melalui visi inilah seluruh elemen organisasi akan bekerja secara
maksimal sesuai dengan tujuan. Visi dalam kehidupan organisasi modern menurut
St. Kartono (2002: 4) sama kedudukannya dengan “wahyu”, yaitu sebuah
nilai-nilai yang menjadi kiblat suatu konsep lembaga, organisasi, masyarakat
ataupun institusi pendidikan Islam. Sebab, visi yang baik dan mudah diingat
akan selalu memberi inspirasi
menantang untuk mencapai prestasi di masa yang akan datang. Oleh karena itu, ketika
visi telah dirumuskan dengan jelas dan inspiratif bagi seluruh elemen
organiasi, dengan mudah corporate culture suatu lembaga pendidikan dapat
terlihat secara nyata bentuk dan pencapain target yang ingin dicapai.
Selain visi, faktor
kunci lainnya adalah personality (kepribadian). Dalam pandangan Stephen
P. Robbins (1998: 49) kepribadian adalah karakteristik abadi yang menggambarkan
perilaku seseorang dalam suatu organisasi. Artinya, selain sistem nilai dan
spirit fundamental berupa visi, keberadaan orang-orang yang ada dalam suatu
organisasi juga sangat menentukan kualitas daya saing suatu organisasi
tersebut. Sebab, pembentukan budaya korporatif yang baik (corporate culture),
yang paling menentukan adalah orang-orangnya. Sebaik apapun aturan atau sistem
nilai yang dibuat, tanpa adanya komitmen dari manusia untuk berubah ke arah
yang lebih baik semuanya menjadi nihil.
Corporate culture
merupakan salah satu implementation strategy organisasi, yang harus
didahului oleh keberadaan orang-orangnya yang memiliki integritas, jujur,
kecerdasan sikap, kreatif, team-work, optimis, berprilaku produktif,
etos kerja, dan sebagainya. Oleh karena itu, tidak salah kiranya jika prophetic
personality (pribadi kenabian) yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad
SAW yang shiddiq (jujur), amanah (terpercaya), tabligh
(kemampuan komunikasi dan bergaul) dan fathonah (cerdas) dijadikan
standar utama untuk memilih orang-orang yang akan ditempatkan dalam suatu
struktur organisasi supaya dapat mengkontekstualisasikan visi dengan baik dan
jelas. lebih-lebih dalam dunia pendidikan Islam.
Kedua faktor itulah
yang kemudian akan mengantarkan suatu organisasi (lembaga pendidikan Islam) memiliki
karakteristik yang khas (ciri khas) yang membedakan suatu organisasi
dengan organisasi lainnya. Melalui ciri khas inilah akan diketahui kualitas
sistem suatu organisasi yang membuat daya tarik tersendiri kepada para customer
(pelanggan: mahasiswa) yang akan menggunakan jasa dan pelayanannya agar semua
kebutuhannya terpenuhi dan terpuaskan (all the satisfaction). Membangun corporate
culture ini menjadikan budaya organisasi bersifat unik dan menarik.
Bentuknya abstrak, namun dinamis dan dapat dirasakan manfaatnya oleh seluruh
elemen/orang-orang yang berada dalam organisasi maupun orang-orang di luar
organisasi (pihak eksternal).
Suatu organisasi boleh
saja visinya sama, orang-orang di dalamnya sama dalam kemampuan kinerjanya,
tetapi kemampuan mengimplementasikan visi dan mewujudkan integritas, komitmen,
konsistensi dan produktivitasnya dalam suatu organisasi (khususnya di dalam
lembaga pendidikan Islam) akan berbeda dalam satu organisasi dengan yang
lainnya. Sistem kepercayaan dan nilai-nilai inilah yang menjadi jiwa suatu
organisasi/lembaga pendidikan Islam yang dapat menyatukan sekaligus juga
menyemangati seluruh dosen, karyawan dan mahasiswa untuk bersikap dan
berperilaku yang sama berdasarkan prinsip kepercayaan dan nilai-nilai yang
dianut organisasi. Itulah ciri khas tersebut, itu pula yang dimaksud dengan corporate
culture tersebut. Wallahu a’lam!
*Fathor Rachman adalah Dosen Tetap INSTIKA Guluk-Guluk Sumenep, DLB STAIMU Pamekasan dan Ketua Yayasan Tarbiyatus Shibyan Pademawu Pamekasan